Sejarah gereja

Sejarah Paroki Santo Mikael Pangkalan
Adisutjipto Yogyakarta

Tahap Perintisan (1962-1997)

            Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto diawali oleh komunitas umat Katolik di lingkungan Kompleks Pangkalan Udara Adisutjipto sejak tahun 1962. Sebanyak 17 kepala keluarga Katolik hijrah dari pusat pendidikan penerbang di Pangkalan Udara Kalijati Jawa Barat ke tempat pendidikan penerbang yang baru di Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta.

Bermodalkan ruang kecil - bekas kadang kuda [berdasarkan penuturan bapak P. Suparno] - untuk beribadah pemberian dinas Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), umat Katolik perdana ini setia bertekun dalam doa, peneguhan, penghiburan dan kebersamaan. Pada tahun 1967, Marsekal Pertama TNI A. Alamsyah selakuGubernur Akademi Angkatan Udara (AAU) melayangkan surat permohonan kepada Pastor Paroki Kotabaru untuk melayani kebutuhan rohani, sekaligus  mengajar matakuliah agama Katolik.

Perjalanan pembangungan gedung gereja ini memang cukup berliku. Pada jaman pamong perintis Bapak  Lettu A. Djumadi  (tahun 1962–1967), ruang yang terletak di sebelah selatan Wisma Adisutjipto dipakai sebagai ruang doa. Pada saat itu doa dan Perayaan Ekaristi hanya dihadiri sebatas umat di dalam kompleks saja.

Pastor khusus yang diutus dari Paroki St. Antonius Kota Baru adalah Rm. Willhelmus van Heusden, S.J.yang melayani umat di lingkungan Kompleks Pangkalan Udara Adisutjiptodan Karbol AAU. Ia menjalankan pelayanannya sampai dengan tahun 1971 dan memberi nama tempat ibadah tersebut dengan nama Kapel “Santo Mikael”.

            Pelayanan pastoral kemudian dilanjutkan oleh Rm. Henricus C. Stolk, S.J. yang tinggal di Realino. Meskipun bukan imam khusus yang diminta resmi oleh Gubernur AAU, tugas ini dilaksanakan secara tekun dan rutin selama kurun waktu1971-1989. Pada masa itu Dinas AU memberikan perhatian kepada umat Katolik dan jemaat Protestan dalam wujud sebuah bangunan baru, yang berlokasi di sebelah selatan Wisma Adisutjipto, sebagai tempat ibadah bersama. Setiap Minggu pagi, bangunan itu digunakan oleh jemaat Protestan dan sorenya oleh umat Katolik. Umat kompleks Pangkalan Adisutjipto cukup lama mendapatkanpelayanan dari Rm. Stolk, S.J. Tata cara liturgi Katolik, pendekatan personal dan pastoral rumah tangga menjadi tekanan pelayanan Rm. Stolk, S.J. Pada masa itu sudah tumbuh panggilan hidup membiara di antara kaum muda, yakni Suster Anastasia, P.I.J. dan Suster Sylvia, P.I.J.

Dua orang katekis tangguh yaitu Bapak Pujo Susanto dan Bapak TimotiusManumpil (pensiunan sipil AURI) membantu pelayanan Rm. Stolk S.J.dan menjadi penggerak kehidupan iman umat. Mereka berdua setia dengan tugas pelayanan untuk menyiapkan baptisan baru dan komuni pertama.

            Seiring dengan perjalanan waktu, pelayanan teritorial Gereja Pangkalan tidak menjadi eksklusif untuk Dinas TNI AU. Kehadirannya turut menyentuh rohani umat di sekitar Pangkalan. Sejak tahun 1986, Rm. Utoyo, Pr., Pastor Kepala Paroki Kristus Raja Baciro,  memberikan pelayanan pastoral di  “stasi” Pangkalan.

Dalam perjalanan selanjutnya, pastor Paroki Kristus Raja Baciro,Rm. Petrus Soeprijanto, Pr. melanjutkan karya kategorial tersebut. Rm. PetrusSoeprijanto, Pr. juga menerima surat permohonan mengajar di AAU dari Gubernur AAU Marsekal Muda TNI I Gusti Nyoman Danendra (1989-1991). Pada masa itu sejarah Gereja Indonesia mencatat bahwa Lapangan Dirgantara Mandala AAU dipilih oleh Panitia Kunjungan Paus ke Indonesiasebagai tempat kunjungan pastoral dan Perayaan Ekaristi Bapa Suci Yohanes Paulus II di Yogyakarta tanggal 10 Oktober 1989.

Rm. Bernardinus Saryanto Wiryoputro, Pr. yang bertugas sebagai pastor Paroki Bintaran (1992-1997) meneruskan pelayanan di lingkungan TNI AU.Ia juga membimbing Karbol Katolik setiap Kamis malam dan menjadi dosen matakuliah Agama Katolik bagi Karbol tingkat pertama.

Pada masa kepamongan Bapak Lettu T.J. Sukirman  (tahun 1967–1970), gereja menempati gedung lama yang telah direnovasi yang terletak di selatan Wisma Adisutjipto. Saat itu gereja mulai dipergunakan bersama secara bergantian dengan umat Protestan. Adanya perayaan ekaristi setiap minggu, maka umat dari luar kompleks pun mulai turut bergabung.

Pamong lingkungan silih berganti mulai dari Pamong Bapak Lettu F.B. Sumarno (tahun 1970–1976), Bapak Lettu Adm. Arif Sumardjo (tahun 1976–1980), Bapak Kapten Adm. J.I. Mulyono (tahun 1980–1986), Bapak Kapten Kes. H. Sudarto (tahun 1986–1988). Pada saat kepamongan Bapak H. Sudarto, kuda-kuda penyangga bangunan gereja lapuk dimakan rayap, sehingga roboh. Setelah renovasi, atap gereja kembali roboh pada saat kepamongan Bapak Letkol Lek. Sumito  (tahun 1988–1991). Pada tahun tahun1991-1994 kepamongan dijabat oleh Bapak Letkol Adm. Isworo Broto.

Selama renovasi kedua dikerjakan, pelayanan kebaktian dan Perayaan Ekaristi pindah dengan  meminjam bekas gudang. Di kemudian hari, bangunan gudang bernomor registrasi no. 19 milik Dinas Material Mabes AU ini menjadi bangunan Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto.

Gudang yang terletak di selatan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala itu pernah dimanfaatkan Pangkalan TNI AU sebagai gudang senjata.Gudang tua buatan Belanda semula dipakai sebagai gudang penyimpanan produk gula, lalu beralih ke tangan Republik Indonesia sebagai bagian dari inventaris negara.Setelah lama tak digunakan dan mangkrak  gudang tersebut menjadi sangat kotor dan tidak terawat. Untuk membersihkannya dibutuhkan bantuan semprotan canon high pressure dari mobil pemadam kebakaran.

Tahun 1996 pemakaian bekas gudang sebagai gedung gereja dikukuhkan oleh Surat Keputusan Komadan Lanud Adisutjipto Nomer Skep/007/III/1996 tertanggal 5 Maret 1996 tentang pemanfaatan gudang sebagai gedung Gereja yang ditandatangani oleh Marsekal Pertama TNI Lambert F. Silooy (1994-1997). Surat Keputusan tersebut terbit atas surat permohonan Panitia Pembangunan Gereja Katolik Lanud Adisutjipto No. B/01/VI/95 tertanggal 2 Juni 1995, pada saat kepamongan Bapak Letkol Tek. J. Subandi (tahun1994–1996)

Surat Keputusan Komandan Lanud Adisutjipto tersebut dipayungi Surat Keputusan Kepala Staf TNI AU no: Skep/64/III/1986, tertanggal 27 Maret 1986. Surat Keputusan tersebut memuat Bab VI mengenai Tenaga dan Sarana peribadatan yang menyatakan (1) untuk menjamin kelancaran pembinaan rohani Katolik di lingkungan TNI AU, diperlukan tenaga rohaniwan Katolik atau Pastor serta pembantu-pembantunya, dan (2) untuk dapat menjalankan fungsi membimbing ibadah Katolik, diperlukan tempat ibadah atau ruang doa.

Umat Katolik menggunakan gedung bekas gudang tersebut untuk melaksanakan kegiatan menggereja. Papan nama berukuran 100 x 50 cm bertuliskan “Pangkalan TNI AU Adisutjipto - Gereja Katholik Santo Mikael“ dipasang di halaman depan.

 

 

 

Tahap Pencerahan (1995 – 2006)

            Dinamika perjalanan menggereja tidak terjadi pada perpindahan tempat beribadat saja. Pada masa kepamongan Bapak Letkol Adm. Isworo Broto (tahun1991-1994) dan Bapak Letkol Tek. J. Subandi (tahun1994–1996), umat Katolik purnawirawan tidak boleh lagi menempati rumah kompleks. Demikianlah, umat Katolik yang purna tugas digantikan dengan warga Katolik baru yang masih muda.

Pada masa kepamongan Bapak Letkol Sus. Suwarno (tahun 1996–1998) dan Bapak Kolonel Nav. Paulus Djoko Harsoyo (tahun1998–2000),reksa pastoral mendapat suntikan darah segar dengan hadirnya Pastor militer aktif, Rm. Yoseph Maria Marcellinus Bintoro, Pr. Di awal tugasnya, ia yang tinggal di Mess Wira Angkasa no. 16 belum dapat berkiprah banyak karena tugas dinas luar. Ia mengemban misi kemanusiaan pasukan gabungan TNI (Civic Mission for Military Operation Other Than War/OMSP) ke Timor-Timur (1998-1999), tugas-tugas pendidikan berbagai kursus pengembangan militer di Bandung, Malang, dan Jakarta (1999-2001).

Karya khas kategorial menjadi semakin tampak dengan penugasan Uskup TNI/Polri Ordinariatus Castrensis Indonesia (OCI) Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J. kepada Rm. Yos Bintoro, Pr. Tahun 1996, untuk menjalani proses pendaftaran menjadi pastor ABRI. Ia ditugaskan untuk melaksanakan pelayanan Kategorial di lingkungan AAU tahun 1997, setelah lulus mengikuti pendidikan Sekolah Perwira Prajurit Karier (SEPA-PK) angkatan IV.

Rm. F.X. Wiyono, Pr., pastor Kepala Paroki Kristus Raja Baciro (tahun 1994–1998) melihat adanya kekhasan tugas imam di lingkungan militer ini. Di satu pihak –seperti para pelayan pastoran sebelumnya– Rm. YosBintoro, Pr., yang tinggal di mess kecil wajib memberikan pelayanan kategorial untuk pendidikan Karbol dan umat Katolik di lingkungan dinas AAU. Di lain pihak ia mesti menjalankan tugas memberikan pelayanan teritorial. Melihat situasi seperti itu, Rm. Wiyono, Pr., meminta Rm. Yos Bintoro, Pr., secara lisan (pada tahun 1997) untuk ikut memperhatikan pelayanan yang bersifat teritorial ini karena sudah ada kapel yang dipadati umat dalam perayaan ekaristi setiap minggunya.

Umat Katolik TNI AU yang tinggal di kompleks (karena tidak semua anggota dinas tinggal di kompleks) sudah terbiasa menerima pelayanan ekaristi di kapel setiap minggunya bersama dengan umat teritorial/lingkungan di luar atau di sekitar Pangkalan. Lingkungan-lingkungan yang kerap mengikuti kegiatan dalam lingkup Kapel Santo Mikael yakni: Lingkungan Karang Jambe, Lingkungan Gatak, dan Lingkungan Wonocatur.

Maka tak dapat ditawar lagi bahwa pelayanan pastoral kategorial di lingkungan militer menjadi terintegrasi ke dalam pelayanan Paroki Kristus Raja Baciro. Perjalanan kegiatan gereja kemudian menjadi semakin intensif, rutin dan berkesinambungan. Pelayanan gereja pun berkembang tidak melulu seputar altar, tetapi mulai tumbuh berkembang menyentuh aspek sosial kemasyarakatan. Hal ini tidak terlepas peran dari Rm. Yos Bintoro, Pr.

Pada masa kepamongan Bapak Kolonel Kal. Yos. Sugianto (tahun 2001-2003), kepengurusan gereja mulai dimekarkan.       Pemekaran ini sekaligus menandai era baru kepengurusan di lingkungan Pangkalan. Di samping umat di dalam Komplek Pangkalan. lingkungan yang tergabung adalah Karang Jambe, Gatak, Wonocatur dan Pelem (sebagai pemekaran dari Wonocatur). Kepengurusan ini dilantik oleh Pastor Kepala Paroki Baciro Rm. H. Subiyanto, Pr. pada tanggal 29 September 2000 bertepatan dengan Pesta Santo Mikael Panglima Bala Tentara Surgawi. Saat itu, umat “Stasi Pangkalan” berjumlah 197 KK. Perayaan ekaristi setiap minggunya dihadiri tidak kurang dari 300 umat dan saat perayaan hari besar dihadiri lebih dari 700 umat.

            Pada bulan April Agustus 2001, mulai dilakukan Renovasi Gereja tahap I yang meliputi pemasangan eternit, lampu, sound system, altar, panti imam, panti Hati Kudus Yesus dan panti Bunda Maria. Bentuk gereja mulai tampak dan akhirnya diberkati oleh Rm. Ign. Jayasewaya, Pr. selaku Vikep DIY pada tanggal 19 Agustus 2001. Mulai tahun pemberkatan inilah Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto merayakan ulang tahunnya yang pertama. Ulang tahun seterusnya diperingati pada hari Minggu yang mendekati tanggal 29 September sebagai Pesta Santo Mikael setiap tahunnya.

            Dinamika kegiatan umat makin tumbuh dengan reksa pastoral yang bersifat teritorial seperti: kunjungan umat dan pendekatan personal yang dilakukan oleh Rm. Yos Bintoro, Pr. Usaha ini melahirkan paguyuban umat seperti: Karbol AAU, paguyuban purnawirawan TNI AU Yogyakarta dan kegiatan bersama umat TNI/Polri se-DIY. Rm Yos Bintoro, Pr.juga membentuk kelompok-kelompok umat kategorial, menggalang dan memelihara jaringan TNI/Polri, tokoh-tokoh/pemuka agama dan mahasiswa.

            Semenjak Rm. Yos Bintoro Pr. ditugaskan sebagai Perwira TNI AU berpangkat Letnan Dua (Surat Keputusan Presiden RI No: 27/ABRI/1997, tanggal 2 Juli 1997), ia bertempat tinggal di Mess Wira Angkasa no 16. sebagaimana seorang perwira remaja, sekaligus menjadi Pastor melayani umat dilingkungan pangkalan TNI AU dan wilayah sekitar. Pada tanggal 18 Juli 2004, Rm. Yos Bintoro, Pr. meninggalkan Mess Wira Angkasa no.16 menempati pastoran baru di samping gereja induk yang kemudian diberi nama Pastoran TNIAU.

            Singkatnya, Gereja Katolik Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto ini memiliki sifat yang khas.  Letak gereja yang berada di dalam ksatrian TNI AU tidak saja mendapatkan pelayanan secara teritorial Paroki Kotabaru, Bintaran dan Baciro, tetapi juga mendapat perhatian dari reksa Pastoral kategorial dengan hadirnya pastor militer sebagai perpanjangan tangan Uskup TNI/Polri.

Kekhasan Gereja ini terletak pada empat hal: (1) sejak 1962, paguyuban Katolik sudah menempati kompleks Pangkalan TNI AU Adisutjipto. (2) kehadiran Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto merupakan perpanjangan tangan karya kategorial Ordinariatus Castrensis Indonesia (OCI) yaitu Pelayanan kategorial Gereja dalam Lingkungan TNI dan Polri;  (3) bangunan gereja berdiri di atas tanah milik negara di dalam kompleks TNI Angkatan Udara; (4) Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto sekaligus melayani umat Katolik sekitar Pangkalan.

            Kepengurusan Gereja dilaksanakan oleh pamong lingkungan Bapak Robertus Bambang Suwarnia (tahun 2003-2006) suami dari Kol. Kes. Catarina Kusdartini. Usaha hidup menggereja lebih difokuskan pada pembangunan fisik. Renovasi Gereja tahap II (November 2003 – Januari 2005) yang diketuai (alm.) Kolonel Pnb. Albertus Sulaksono, dapat berjalan sesuai dengan jadwal dan biaya relatif rendah. Kegiatan umat tetap berjalandengan menekan biaya pengeluaran gereja seefisien mungkin yang diterapkan pada masa pamong gereja waktu itu. Dengan selesainya renovasi gereja tahap II, Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto memiliki kelengkapan fasilitas pendukung berupa Pastoran, Ruang Serbaguna, Ruang Konsultasi, Sekretariat, Perpustakaan, dan ruang-ruang kegiatan lainnya. Hal ini merupakan prestasi yang luar biasa karena proses perencanaan, pengorganisasian, pendanaan, pelaksanaan dan penyelesaian pembangunan ini hanya membutuhkan waktu 14 bulan saja.

             Untuk mengenang perjuangan para pamong dan pengurus gereja mulai dari tahun 1962-2006, ditetapkanlah para pamong tersebut sebagai Tiga Belas Pamong Perintis Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto. Ketigabelas pamong lingkungan perintis itu kemudian diabadikan dalam foto yang dipasang di ruang tamu pastoran sebagai kenangan abadi perjuangan para pamong dari tahun ke tahun (1962-2006) mengabdi pada masa perintisan gereja dengan segala tantangan dan suka-dukanya.

 

Tahap Pemantapan (2006-2009)

            Kepengurusan gereja berikutnya dilanjutkan oleh Kolonel Kes. Agustinus Yuna Sumantri (tahun 2006-2009). Ada 2 hal penting, yaitu :

Pertama, pembangunan Renovasi Gereja Pasca Gempa. Tahun 2006, Yogyakarta digoncang gempa berkekuatan 6,1 Skala Richter yang merusakkan bangunan gereja. Dalam usaha merenovasi kembali, dibangun pula fasilitas bangunan baru yang dinamai Panti Gereja Marsma TNI Ignatius Dewanto. Pada bulan Juli 2007, Panti Gereja dan pemakaian seluruh kompleks Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto diresmikan oleh Mgr. Ignatius Suharyo, Pr. yang dihadiri Komandan Pangkalan Udara Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Benyamin Daendel, S.I.P.

             Kedua, kepengurusan mulai disempurnakan dengan tata penggembalaan gereja teritorial secara khas sesuai petunjuk langsung dari Bapak Uskup. Pengorganisasian gereja mulai dikerjakan dengan perencanaan, pelaksanaan dan laporan setiap kegiatan, pemutakhiran data umat, pendataan dan penaksiran nilai barang inventaris gereja sebagai harta benda gereja. Dalam masa kepengurusan ini, dipakai format baru sistem administrasi keuangan gereja sesuai dengan tuntutan ekonomat KAS Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki (PTKAP).

Kegiatan umat makin bergairah, apalagi dengan adanya fasilitas, sarana dan prasarana yang lengkap. Hubungan saling menguntungkan antara umat teritorial dan umat kategorial nampak menyatu dalam irama kegiatan menggereja.


 

Menjadi Paroki Mandiri (2009-2019)

            Pada tanggal 28 Juli 2007, satu hari sebelum Hari Bakti TNI AU ke 60, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr. selaku Uskup TNI-Polri dan Komandan Lanud Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Benyamin Daendel, S.IP., memberkati dan meresmikan seluruh kompleks Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto. 

            Pada tanggal 21 Februari 2009 Rm. Yos Bintoro, Pr. telah dilantik oleh Vikep DIY, Rm. B. Saryanto, Pr. sebagai penanggungjawab karya sekaligus Ketua Pengurus Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto.Pada waktu itu Gereja Santo Mikael bertanggung jawab atas tujuh lingkungan sesuai koordinasi dan kesepakatan Pastor Paroki / Ketua Dewan Pastoral Paroki Kristus Raja Baciro dengan bukti penyerahan tertulis dari masing-masing unsur ketua lingkungan. Ketujuh lingkungan tersebut adalah : Santo Rafael Pangkalan, Beato (sekarang Santo) Petrus Faber Gatak, Santo Fransiskus Xaverius Karangjambe, Ignatius Loyola Karangbendo (yang merupakan pemekaran dari Karangjambe), Santo Pius X Pelem, Santo Andreas Rasul Wonocatur Timur dan Mgr. Albertus Soegijapranata Wonocatur Barat (yang merupakan pemekaran dari Wonocatur)

            Pada tanggal 20 September 2009 Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. Ignatius Suharyo, Pr. menetapkan Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto menjadi Paroki berdasarkan Surat Keputusan Pendirian Paroki Nomor: 0982/B/I/b-85a/09. Penetapan status ini terjadi mengingat kekhususan yang ada pada Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto terletak di lingkungan Militer,  sekaligus melayani umat sekitarnya.

Keuskupan Agung Semarang memperoleh gambaran secara sistematis dan cermat mengenai perjalanan Gereja Santo Mikael PangkalanAdisutjipto sebagai gereja yang mengemban tugas ganda yang selalu dikerjakan dengan baik. Pada saat yang sama, Rm. Yos Bintoro, Pr diangkat menjadi Pastor Kepala Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto berdasarkan Surat Keputusan No: 0989/A/VIII/6/09.

            Berkat Allah bagi Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto, maka proses pertumbuhan dalam hidup menggereja semakin mantap. Dengan demikian gerak umat semakin yakin dan bersemangat dalam menghayati hidup beriman sebagai anugerah, panggilan dan sekaligus perutusan.

            Reksa Pastoral yang dilakukan oleh Gereja Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto meliputi kategorial dan teritorial, sehingga paroki ini mempunyai 2 induk yaitu : (i) Keuskupan Agung Semarang, (ii) Keuskupan TNI – Polri menjalankan ibadatnya di Gereja tersebut.

            Selama pelayanannya sebagai Pastor Paroki, Rm. Yos Bintoro, Pr.  dibantu oleh 4 orang Pastor Vikaris Parokial. Mereka adalah: Rm. Christoforus Joseph Harry Liong, Pr. (2010-2012), Rm. Petrus Gunawan Tjahya, Pr (2012-2015), Rm. Paulus Triwahyu Widiantoro, Pr. (2015-2017), Rm. Alphonsus Rodriques Yudono Suwondo, Pr. (2017-2019).

Tugas pelayanan Rm. Yos Bintoro, Pr. berakhir tahun 2019, dan digantikan oleh Rm. AR. Yudono Suwondo, Pr. melalui Surat Keputusan Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang No. 1467/A/VIII/6/18, tanggal 27 Desember 2018. Serah terima jabatan dilakukan pada tanggal 10 Februari 2019 dengan disaksikan oleh Ibu Theresia Trisanti -  Bendahara  I dan Bp. E. Toto SM – Ketua II, dan Rm. Andrianus Maradiyo, Pr – Vikep DIY. Dalam pelayanannya, Rm. AR. Yudono Suwondo, Pr didampingi Rm. Martinus Joko Lelono, Pr. sebagai Vikaris Parokial dengan Surat Keputusan Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang No. 0585/A/VIII/6/2020 tertanggal 1 Juli 2020.

 

Revitalisasi & Pengembangan Lingkungan (2019 - Sekarang)

Pada periode tugas pelayanan Rm. A.R. Yudono Suwondo, Pr. fasilitas untuk pelayanan dan tempat tinggal koster serta taman-taman memerlukan penataan ulang. Maka dibentuklah panitia Revitalisasi Gereja, yang bekerja dari bulan Mei sampai dengan September 2019. Penggalangan dana dikumpulkan dari partisipasi umat, dan didukung donasi dari Panglima TNI, Komandan Lanud Adisutjipto, Keuskupan Agung Semarang dan para donatur.

Sebagai puncak proses diadakan persmian bersamaan dengan pesta nama dan lustrum II Paroki Santo Mikael Pangkalan Adisutjipto, pada tanggal 29 September 2019. Pada peremian ini dilakukan penandatangan prasasti oleh Komandan Lanud Adisutjipto Marsma. TNI Bob Henri Panggabean dan Wakil Uskup TNI Rm. Yos Bintoro, Pr.

Pada masa pelayanan Rm AR. Yudono Suwondo, Pr. terjadi pemekaran wilayah dengan bergabungnya lingkungan St. Rafael Maredan dari Paroki Maria Marganingsih Kalasan. Penggabungan ini secara resmi pada tanggal 6 Januari 2020. Mengingat nama St. Rafael sudah menjadi santo pelindung lingkungan Pangkalan, maka atas kesepakatan bersama santo pelindung Maredan diganti menjadi St. Gabriel.

Pada awal tahun 2020, Indonesia dan dunia mengalami pandemi Covid-19. Hal ini juga berpengaruh pada pelayanan umat di paroki St. Mikael Pangkalan. Oleh karena itu, sejak akhir Maret 2020 sampai awal November 2020 tidak diadakan pelayanan misa di gereja. Pelayanan Misa dilakukan secara online baik untuk misa harian maupun mingguan. Perayaan Pekan Suci 2020 juga dilaksanakan secara online.

Pada bulan Mei 2020 Rm. AR. Yudono Suwondo, Pr. ditunjuk sebagai Vikaris Episkopalis di Kevikepan Yogyakarta Barat melalui Surat Keputusan No. 0699/A/VIII/4f/2020 tertanggal 15 Juli 2020.

Bapak Uskup menunjuk Rm. Martinus Joko Lelono, Pr. untuk melanjutkan pelayanan sebagai Pastor Paroki melalu Surat Keputusan No. 0972/A/VIII/6/2020 tertanggal 22 September 2020. Serah terima pelayanan dilaksanakan di hadapan Vikep Yogyakarta Rm. Adrianus Maradiyo, Pr. pada tanggal 28 September 2020.

Dalam pelayanannya, Rm. Martinus Joko Lelono, Pr. sejak tangal 1 Mei 2021 mendapatkan bantuan dari Rm. Paulus Nasib Suroto, Pr. sebagai vikaris parokial Surat Keputusan No. 0378/A/VIII/6/2021 tertanggal 20 April 2021. Selain memberikan pelayanan di Paroki, Rm. Nasib Suroto, Pr. sebagai militer aktif bertugas mendampingi Taruna-Taruni (Karbol) Akademi Angkatan Udara.